Beberapa waktu lalu, istri saya nunjukin video YouTube Prof. Rhenald Kasali, seorang guru besar di FEUI yang konsisten menuliskan artikel maupun buku yang inspiratif terutama dalam bidang ekonomi bisnis dengan menyisipkan semangat perubahan dan pembaruan terutama dalam pengelolaan mental dan mindset. Video yang ditunjukkan tersebut tentang Strawberry Parents, topik yang sedang trending apalagi setelah dipicu kasus penganiyaan yang melibatkan anak salah satu pejabat eselon II DJP di Jaksel.
Videonya bisa diintip di sini.
Konten video tersebut sejalan dengan pengalaman saya dalam beberapa tahun terakhir berinteraksi dengan berbagai karakter siswa dan orang tuanya. Kenapa saya tambahkan kata kontradiksi sebagai awalan? Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kontradiksi berarti pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau bertentangan. Memangnya apa saja sih pola asuh yang menunjukkan adanya kontradiksi?
Belakangan ini istilah generasi "strawberry” banyak digunakan untuk menyebut generasi muda yang dianggap lemah dan rapuh. Dinamakan demikian karena serupa dengan stroberi yang lembut dan mudah hancur jika tidak ditangani dengan benar. Banyak orang percaya bahwa generasi muda saat ini terlalu bergantung pada orang lain terutama orang tua mereka dan merasakan ketidakberdayaan yang kuat. Pola asuh orang tua yang tidak konsisten diduga menjadi salah satu pemicunya.
Orang tua modern cenderung terlalu protektif terhadap anak-anaknya. Mereka melindungi anak-anak dari segala risiko yang dianggap berbahaya tanpa memberikan kesempatan sedikitpun untuk anak-anaknya menghadapi masalah apapun. Namun di sisi lain, orang tua juga seringkali memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak sehingga dapat berujung pada perilaku yang tidak terkendali. Dalam jangka panjang, pola asuh yang tidak konsisten ini dapat menyebabkan anak kehilangan kemandirian dan selalu bergantung pada orang lain terutama dalam hal pengambilan keputusan.
Sebagai orang tua, kita harus menemukan keseimbangan yang tepat antara melindungi anak-anak kita dan memberi mereka kebebasan untuk mengambil keputusan dan memilih jalan hidup yang mereka inginkan. Untuk mencapai keseimbangan ini, penting untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dari kesalahannya. Biarkan mereka menghadapi tantangan kecil setiap hari dan biarkan mereka memutuskan sendiri bagaimana menghadapinya. Hal ini membantu meningkatkan kepercayaan diri mereka dan memberi mereka keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengatasi tantangan hidup yang lebih besar di masa depan.
Selain itu, penting untuk mengajar anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang kuat. Ini mencakup kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, menyelesaikan konflik, dan mengendalikan emosi. Anak-anak dengan keterampilan sosial dan emosional yang kuat lebih mampu mengatasi stres dan tekanan serta mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitar mereka.
Oleh karenanya jangan heran dan baper kalau Ibu/Bapak mewakili putra/putrinya bertanya tentang PR, jadwal, try out dan sebagainya lalu saya minta agar putra/putrinya yang menghubungi saya ya. Kan yang belajar, yang mau ujian, yang punya PR, yang try out dan sebagainya putra/putri Ibu/Bapak. Biarkan mereka yang menghubungi dan mencari solusi.
Akhirnya, pola asuh yang bertentangan dapat menimbulkan masalah pada generasi muda, seperti perasaan tidak berdaya dan ketergantungan pada orang lain. Namun jika anak-anak menemukan keseimbangan yang tepat antara perlindungan dan kebebasan, serta diberikan bimbingan dan dukungan yang tepat, mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang tangguh dan mandiri.
Selamat berlatih TEGA sama anak sendiri!